Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772). Nama
asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, yang lahir di
Bonjol pada tahun 1772. Dalam perjuangannya, Tuanku Imam Bonjol
melakukan perlawanan besar - besaran yang kita kenal dengan nama Perang
Padri.
Tak
dapat dimungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan heroik sekaligus
traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 18 tahun pertama perang
itu (1803-1821) praktis yang berperang adalah sesama orang Minang dan
Mandailing atau Batak umumnya.
Pada
awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin
ulama di Kerajaan Pagaruyung untuk menerapkan dan menjalankan syariat
Islam sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) yang berpegang teguh
pada Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasullullah shalallahu 'alaihi
wasallam. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam Harimau nan
Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan
Pagaruyung beserta Kaum adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang
tidak sesuai dengan Islam (Bid'ah). Tetapi itu semua ditolak. Belanda
malah bergabung dengan kaum adat. Setelah kaum adat menang, Belanda
memusuhi kaum adat yang akhirnya bergabung dengan para ulama. Belanda
mengepung benteng bonjol, tetapi tetap terus gagal untuk menangkap Imam
Bonjol.
Setelah
datang bantuan dari Batavia, maka Belanda mulai melanjutkan kembali
pengepungan, dan pada masa-masa selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam
Bonjol bertambah sulit, namun ia masih tak sudi untuk menyerah kepada
Belanda. Sehingga sampai untuk ketiga kali Belanda mengganti komandan
perangnya untuk merebut Bonjol, yaitu sebuah negeri kecil dengan benteng
dari tanah liat yang di sekitarnya dikelilingi oleh parit-parit.
Barulah pada tanggal 16 Agustus 1837, Benteng Bonjol dapat dikuasai
setelah sekian lama dikepung.
Dalam
bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk
berunding. Tiba di tempat itu langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur,
Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak,
Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itu ia meninggal dunia pada
tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tempat
pengasingannya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar